Minggu, 17 April 2011

Emotional Intelligence

Emotional intelligence atau di kenal dengan kecerdasan emosi merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Kecerdasan emosi mencangkup kemampuan-kemampuan yang berbeda, tetapi saling melengkapi dengan kemampuan akademik (academic intelligence), yaitu kemampuan-kemampuan kognitif murni yang diukur dengan IQ. Banyak orang yang cerdas, dalam arti terpelajar, tetapi tidak mempunyai kecerdasan emosi, ada pula berkerja menjadi bawahan orang ber-IQ lebih rendah tetapi unggul dalam keterampilan kecerdasan emosi.

Dua macam kecerdasan yang berbeda ini (intelektual dan emosi) mengungkapkan aktivitas bagian-bagian yang berbeda dalam otak. Kecerdasan intelektual terutama didasarkan pada kerja neokorteks, lapisan yang dalam evolusi berkembang paling akhir di bagian atas otak. Sedangkan pusat-pusat emosi berada di bagian otak yang lebih dalam, dalam subkorteks yang secara evolusi lebih kuno; kecerdasan dipengaruhi oleh kerja pusat-pusat emosi ini, tetapi dalam keselarasan dengan kerja pusat-pusat intelektual.

Sebuah teori yang komprehensif tentang kecerdasan emosi diajukan dalam tahun 1990 oleh dua orang psikolog, Peter Salovey dan Johm Mayer. Mereka mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta mengunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan. Sementara mereka terus mempertajam teori itu, Goleman telah mengadaptasi model mereka ke dalam sebuah versi yang menurutnya paling bermafaat untuk memahami cara kerja bakat-bakat ini dalam kehidupan kerja.
Adaptasi Goleman meliputi kelima dasar kecakapan emosi dan sosial berikut:

1. Kesadaran diri:
kesadaran diri untuk mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.

2. Pengaturan diri:
pengaturan diri untuk menangani emosi kita sedemikian sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggum menunda kenikmatan sebelum tercapainnya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi.

3. Motivasi :
motivasi untuk menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun kita menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.

4. Empati :
empati untuk merasakan yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.

5. Keterampilan sosial :
keterampilan sosial untuk menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, dan untuk kerja sama dalam tim.

Demikian pengertian emotional intelligence menurut DANIEL GOLEMAN dalam bukunya ' Working with Emotional Intelligence '.
Daniel Goleman, Ph.D., adalah CEO Emotional Intelligence Services di Sudbury, Massachusetts. Selama dua belas tahun ia meliput ilmu-ilmu otak dan tingkah laku bagi 'Times New York Times', dan juga mengajar di Harvard (tempat ia meraih gelar doktornya). Selain Emotional intelligence, buku-bukunya yang sudah terbit antara lain Vital Lies, Simple Thuths; The Meditative Mind, dan sebagai co-auhor, The Creative Sprit.

Semoga bermanfaat:)

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites